17.3.08

TENTANG DIA, JUGA AKU ATAU KAMI

Aku telah mengamatinya beberapa bulan. Karena dia setiap malam tidur di musholla depan rumah tinggalku.Laki-laki dia.
Tak mampu aku memastikan berapa umurnya, yang pasti tubuhnya tak terlalu tinggi, badannya kekar atau gemuk atau semacam itulah. Haha... aku kadang merasa ini masalah -mengamat-amati seseorang sedemikian rupa. Memperhatikannya dari belakang berkesan muda tapi dari depan, ah… itu brewok juga kulitnya yang hitam mengganggu penilaianku.
Pertama kali aku melihatnya adalah ketika aku pulang menjelang subuh. Tampak sekilas dia menghindar dari pertemuan denganku waktu itu. Waktu itu dia sudah bersiap meninggalkan musholla tapi karena melihatku dia menyelinap ke balik pintu. Dan aku pura-pura tidak tahu saja waktu itu meski ada rasa curiga.
Beberapa kali hal itu berlangsung dan kupikir kenapa pula dia harus takut dan menghindari pertemuan dengan ku. Orang tidur di musholla adalah hal biasa. Aku dulu waktu kecil biasa tidur di musholla, pun banyak orang pernah melakukannya dan kupikir setiap orang berhak melakukan itu, musholla kan fasilitas umum.
Sampai pada suatu saat dia ikut sholat subuh, kupikir kebiasaannya telah banyak yang mengetahui maka tak lagi dia menghindar. Kemudian setelah beberapa kali ikut sholat subuh berjamaah dia mulai berani datang sore. Dulu dia datang ketika orang-orang sudah pada tidur, belakangan jam sepuluh bahkan terakhir menjelang isya sudah nongol badan gendutnya.
Kebiasaanya adalah duduk sendiri di teras, men-charge hape kemudian ngobrol pakai hapenya entah dengan siapa. Mungkin dengan pacarnya, ah... benar-benar aku berbakat jadi tukang gosip.
Aku mulai menggunjingkannya. Siapakah, darimanakah, apakah pekerjaannya dan kenapa harus di sini? Juga yang terakhir kali: dia tidur di musholla tapi kenapa tak ikut jamaah sholat isya?
Orang-orang hanya diam meski menurut ku dari tatapan mata mereka ada sesuatu yang ingin diungkapkan. Demikian pun aku, tapi kenapa tak jua aku menyapanya?
Ah, mungkin besok dia akan menyapaku.

Tidak ada komentar: