20.11.09

Pagi

Telah ditarik garis
serupa warna gerimis
yang menyeret aroma malam
ke dalam dadamu.
Seketika jam dinding menyeru
menumpahkan ingatan beku
dari gelas-gelas rindu,
menumpuk di hati biru.
Dingin tumbuh di dalamnya,
membuat harapan yang cemas,
menanyakan masa lalu
di saku baju.
Dan pintu jendela terbuka
menggulung cakrawala
mengeja dengan nafsu
di waktu ragu.
Dirimu bukan dahulu
di ranting yang biru
menulis hangat mentari,
ruangpun telah terisi.

Tidak ada komentar: