2.12.09

Mencari Trauma

Jalan itu tak beda dengan jalan lain
membujur bagai menghibur
melingkar menjadi sukar
aspalnya hitam siang malam
tempat anjing berak, tikus lari dan mati
juga orang tua melepas anak-anak mereka.

Papan reklame bercerita semua suka rela
cepat lambat bagaikan angin yang bisu
merambati dinding dan menyusupi celahnya.
Ada seorang lelaki memajang sampah bau
badannya tegap tak berkepala
perempuan tua tegar di balik kelambu
mencecap rasa yang tak habis-habisnya.

Musim biasanya menjadi pertanda
bahwa ingatan lelah mencatat kata-kata
terang menjadi tenang
gerimis menjadi tangis
suka menjadi duka
sampai daun-daun rontok menjadi momok
seperti ingin melupakan masa lalu

Jalan itu masih seperti jalan lain
menurun mencari kebun
naik memamah terik
aspalnya hitam siang malam
tempat manusia lari bersama mimpi
kelelawar terbang siang hari.

Tidak ada komentar: